SUAMI MERAWAT ISTRI HINGGA AJAL MENJEMPUT....!!! GUYS INI SUNGGUH KISAH NYATA (( TOLONG DI SHARE ))

Bikin nangis, tulisan seorang suami yang menjaga istrinya hingga ajal


Buat nangis, tulisan seseorang suami yang melindungi istrinya sampai ajal
Satu narasi riil yang sekian mengharukan dihadapi seseorang pria yang kehilangan istrinya lantaran penyakit kanker. Tetapi, dalam perjalanan mendekati ajal sang istri, pria itu senantiasa ikuti istrinya.

Itu kisahnya yang diperoleh pemakai Facebook bernama Mas Rozi yang sekian mengharukan dan membujat netizen menangis membaca perjalanan cinta pasangan itu.

“Tiba-tiba HP ku berdering, sesudah menjawab salam nada diseberang telephone terlihat kuatir “Ayah..

 bunda mimisan nich. ” Hmm.. kumaklumi kepanikan istriku waktu itu lantaran belum pernah dia alami mimisan seperti ini.

Memanglah cuaca di bln. Agustus 2007 siang itu demikian teriknya. Saya fikir ini akibat cuaca yang terik itu. Lalu saya anjurkan dia untuk selekasnya ke dokter.

Demikian hari lalu istriku sakit pilek. Seperti umumnya jika sakit ia cuma minum obat warung serta tidak sering sekali inginkan kontrol ke dokter. “ oalah bunda…. ke dokter ajah kok takut, ” ledekku, ku sorong pipi kenyalnya dengan ujung jari, ia merajuk bibirnya maju 2 centi, lucu memandangnya seperti itu.

Dua minggu berselang tetapi pileknya belum juga hilang. Jadi katanya ada yang merasa menyumbat di saluran hidungnya, perasaan tidak nyaman serta sulit bernafas. “Bun… besok kita ke Rumah Sakit ya! supaya ayah ijin masuk siang, ” rayuku agar ia menginginkan ke Rumah sakit.

Besok harinya saya ajak ia ke RS. Bhakti Yudha Depok. Waktu itu dokter THT katakan istriku alergi pada debu serta bulu-bulu binatang. Namun hingga obatnya habis pileknya belum ada pula tanda sinyal kesembuhan.

Anehnya yang sering keluar lendir hanya hidung samping kiri saja. Bahkan juga istriku mulai sulit bernafas lewat hidung, ia cuma dapat bernafas lewat mulut. Serta waktu saya membawanya check untuk ke-2 kalinya dokter merekomendasikan untuk rontgen. Tetapi dari hasil rontgen tidak terlihat ada kelainan apa pun di hidung istriku.

***

Tanggal 3 Nov 2007 …

Saya mengajaknya kontrol ke RS Proklamasi Jakarta, lantaran menurut info disini peralatanya lebih komplit. Sebenarnya benar, dengan alat penyedot dokter keluarkan lendir dari dalam hidung istriku. Sukai perasaan saksikan ia bisa bernafas dengan lega. “Alhamdulillah….. ”

Demikian hari lalu sumbatan itu kembali terlihat. “Duh.. bunda! ” Kontrol ke-2 ke RS. Proklamasi masih tetap saja dokter belum dapat menyampaikan penyakit apa yang dihadapi istriku ini.

Dokter memasukkan kapas basah ke hidung istriku (nyatanya itu yaitu bius lokal), beberapa saat lalu satu gunting kecil dimasukkan dalam hidung serta.. “krek” potongan daging kecil diambil. Paling akhir baru saya tau aksi itu yang diberi nama biopsi. Tidak ada yang di berikan pada kami. Dokter merekomendasikan diakukan CT Scan. Lalu kami menuju ke RSCM untuk CT Scan.

Besok harinya hasil CT Scan saya bawa kembali pada Dokter RS Proklamasi. Sesudah saksikan hasil Scan, Dokterpun mengemukakan selanjutnya serta hasil biopsi dari laboratorium.

“ini ibu positif, ” kata dokter sembari perlihatkan photo CT Scan. Terlihat ada satu massa diantara belakang hidung serta tenggorokan istriku. Cukup besar seukuran kepalan tangan. Saya masih tetap belum tahu maksud kalimat nya serta memang meskipun tidak ada fikiran yang aneh saya coba kemukakan pertanyaan, “maksudnya apa dok? ”
ibu positif kanker! ”

Dek.. seakan detak jantungku berhenti “KANKER…Dok? ” Mendadak mataku jadi gelap, satu beban berat terasanya menindih badanku. Saya diam serta tak dapat berkata apa-apa, lama saya terdiam.

“Kanker..? ” tanyaku, namun kalimat itu tak dapat terucap cuma bersarang di kepalaku. Satu penyakit yang sampai sekarang ini cuma saya kenal melalui informasi serta berita-berita, saat ini penyakit itupun hampiri orang paling dekatku orang yang paling saya sayangi. Penyakit yang menakutkan itu menyerang istriku.
Kutatap muka cantik istriku yang dibalut jilbab favoritnya, tenang.. teduh… tidak ada ekspresi apa-apa saya semakin bingung.
“duhh…bunda apa yang ada pada fikiranmu bunda…”
“Sekarang ayah ke RSCM ke sisi Radiologi kita mesti melakukan tindakan cepat, ” mendadak saya tersadar. Selekasnya kuambil surat pengantar dokter serta menuju RSCM.

Sungguh tidak pernah terpikirkan sedikitpun lebih dulu, saat ini kami ada pada jejeran beberapa orang pasien kanker di ruangan tunggulah spesialis Radiologi ini. Aroma kekhawatiran bahkan juga keputus asaan tergambar di muka mereka. Sesungguhnya ini dapat saya rasakan, namun saya mesti sembunyikan raut ini dihadapan istriku. Saya mesti tetaplah menyuguhkan daya penyemangat kepadanya.

Di hadapan dokter Radiologi saya kemukakan pertanyaan, “sebenarnya istriku diserang kanker apa dok? ”
“kanker nasofaring. ” jawab dokter singkat.

Ya Allah…. kanker apa lagi ini? Istilahnya saja aneh bagiku. Mengapa mesti istriku yang merasakannya?
“Tapi Insya Allah masih tetap dapat sembuh dengan penyembuhan cahaya radiasi serta kemoterapy, ” dokter coba menangkap kebimbangan diwajahku.

“Nanti ibu mesti kerjakan penyembuhan radiasi sepanjang 25 kali. ”
Terbayang beratnya derita serta kelelahan yang perlu dihadapi istriku. Belum lagi dengan gabungan penyembuhan kemoterapy yang melemahkan fisik.

Keluar dari ruangan radiologi seakan semua jadi gelap, perasaan saya tidak kuat menahan semua beban ini. Selekasnya saya sms family serta beberapa relasi dekatku, saya kabarkan kondisi istriku serta kumintakan do’a dari mereka. Tidak merasa bulir-bulir bening air mata bermunculan disudut mataku.

“Ayah mengapa? nangis yach..? ” dengan polos pertanyaan itu keluar dari bibir istriku. 
“iya, bapak sayaaang…. sama bunda, ” suaraku gemetar.

Ku usap lembut kepala istriku. Ku tepis perlahan-lahan tangannya yang coba menyeka air mataku, ku gengggam kuat jari-jari lemahnya. Hatiku berbisik “kenapa tidak ada rasa sedih diwajahmu bunda? apakah bunda tak tau penyakit ini demikian mempunyai kemungkinan? Atau Allah sudah menginformasikan ini semuanya padamu? ”

Bunda umum ajah koq.. ” Jawabanya jadi semakin membuatku tak dapat bernafas, air mataku setelah itu jatuh juga.

Kususuri lorong-lorong RSCM dengan langkah lemas tak bertenaga seakan saya melayang, tulang-tulang merasa tak dapat menyokong badanku yang kecil ini.

Tanggal 5 Desember 2007 …

Mulai hari itu istriku mesti dirawat inap di RS. Proklamasi. Semuanya persiapanpun diakukan dari mulai USG, Bond Scan dsb. Selanjutnya rahim tetap masih bersih serta tulangpun normal berarti kankernya belum mejalar ke sisi lain, Alhamdulillah…sempat kuucap kata sukur itu

Tanggal 8 Desember 2007 …

Hari keempat. Sore itu saya di panggil ke ruangan Dokter Sugiono yang bakal lakukan Kemoterapy. Diterangkan apabila kanker istriku stadium 2A serta Insya Allah tetap masih dapat diobati. Istrikupun siap untuk kerjakan penyembuhan dengan kemoterapy. Lalu kami minta ijin ke Dokter untuk diijinkan pulang sembari menyiapkan semua sesuatunya.